JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menetapkan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD, menjadi bakal calon wakil presiden (bacawapres) Ganjar Pranowo. Untuk mengenal lebih jauh sosok Mahfud, berikut ulasan riwayat pendidikan Mahfud MD.
Mahfud, lahir pada 13 Mei 1957 di Madura, Jawa Timur. Melansir dari Biografiku, Mahfud merupakan anak keempat dari tujuh berkerabat dari pasangan Mahmodin dan Suti Khadidjah. Ayahnya bekerja sebagai pegawai di instansi Kecamatan Omben dan sering berpindah-pindah tugas.
Mahfud mengenyam pendidikan dasar dengan belajar kepercayaan Islam dari surau dan madrasah diniyyah di desa Waru, utara Pamekasan. Lulus dari sana, Mahfud dikirim belajar ke Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di Pamekasan. Setelah lulus dari PGA selama 4 tahun belajar, Mahfud terpilih mengikuti Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), sebuah sekolah kejuruan unggulan milik Departemen Agama nan terletak di Yogyakarta. Sekolah ini merekrut lulusan terbaik dari PGA dan MTs seluruh Indonesia.
Mahfud tamat dari PHIN pada 1978, Ia berencana untuk melanjutkan pendidikan ke PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an) di Mesir. Sambil menunggu persetujuan beasiswa, Mahfud berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia dan Fakultas Sastra (Jurusan Sastra Arab) UGM.
Terlanjur nyaman di Fakultas Hukum, Mahfud memutuskan meneruskan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia nan dirangkapnya dengan kuliah di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gadjah Mada Jurusan Sastra Arab.
Namun kuliahnya di Fakultas Sastra tidak bersambung lantaran merasa pengetahuan bahasa Arab nan diperoleh di bidang itu tidak lebih dari nan didapat ketika di pesantren dulu. Dengan keahlian ekonomi orang tua nan cukup, Mahfud giat mencari biaya kuliah sendiri termasuk gigih mendapatkan beasiswa.
Melalui tulisan-tulisan nan dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat dan Harian Masa Kini, Mahfud sukses mendapatkan honorarium. Begitu juga, danasiwa Rektor UII, Yayasan Supersemar dan Yayasan Dharma Siswa Madura sukses diperolehnya.
Pada masa kuliah, kecintaannya pada politik semakin membuncah dan disalurkannya dengan malang melintang di beragam organisasi kemahasiswaan seperti Senat Mahasiswa, Badan Perwakilan Mahasiswa, dan Pers Mahasiswa. Mahfud juga aktif di organisasi ekstra universiter Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pilihannya pada HMI didorong oleh pemahamannya terhadap medan politik di UII.
Kendati begitu, Mahfud sangat menekuni lembaga pers mahasiswa. Sejarah mencatat, dia pernah menjadi ketua di majalah Mahasiswa Keadilan (tingkat fakultas hukum), dia juga memimpin Majalah Mahasiswa Muhibbah (tingkat universitas) nan pernah dibredel pemerintahan Soeharto.
BACA JUGA:
Ketika datang kesempatan memasuki Program Pasca Sarjana S2 dalam bagian Ilmu Politik pada tahun 1985 di UGM, Mahfud tanpa ragu-ragu segera mengikutinya. Selepas lulus, Mahfud MD kemudian mengikuti pendidikan Doktor (S3) dalam Ilmu Hukum Tata Negara di Program Pasca Sarjana UGM sampai akhirnya lulus sebagai ahli (1993).
Disertasi doktornya tentang “Politik Hukum” cukup fenomenal dan menjadi bahan referensi pokok di program pascasarjana bagian ketatanegaraan pada beragam perguruan tinggi, lantaran pendekatannya nan mengkombinasikan dua bagian pengetahuan ialah pengetahuan norma dan pengetahuan politik.
Perjalanan karir Mahfud MD terbilang moncer. Pasalnya, dia bisa menduduki kedudukan publik dan strategis di tiga bagian kekuasaan baik eksekutif, legislatif dan yudikatif. Pada 1999-2000 Mahfud didaulat menjadi Pelaksana Tugas Staf Ahli Menteri Negara Urusan HAM (Eselon I B).
BACA JUGA:
Berikutnya pada tahun 2000 diangkat pada kedudukan Eselon I A sebagai Deputi Menteri Negara Urusan HAM, nan membidangi produk legislasi urusan HAM. Belum cukup sampai disitu, mantan aktivis HMI ini dikukuhkan sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional di era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
Mahfud memutuskan terjun ke politik praktis. Mahfud sempat menjadi Ketua Departemen Hukum dan Keadilan DPP Partai Amanat Nasional (PAN). Meski memulai pekerjaan di PAN, Mahfud tak meneruskan langkahnya di partai nan dia dirikan itu. Ia lebih memilih berasosiasi dengan mentornya, Gus Dur di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Follow Berita Okezone di Google News