ARTICLE AD BOX
Masalah pada air ketuban menjadi salah satu perihal nan diperhatikan dalam proses kehamilan. Salah satunya ketika jumlah air ketuban terlalu sedikit alias disebut oligohidramnion. Oligohidramnion dapat menyebabkan komplikasi kehamilan alias menjadi tanda adanya kondisi kesehatan nan mendasarinya.
Sebelum membahas lebih jauh dampaknya, kita ingat lagi ya Mums pengetahuan dasar tentang air ketuban. Baca sampai selesai, ya.
Faktor nan Memengaruhi Volume Air Ketuban selama Kehamilan
Cairan ketuban sangat krusial untuk kesejahteraan janin. Air ketuban melindungi bayi dari jangkitan dan kompresi tali pusat serta melindungi aktivitas mereka saat berada di dalam rahim. Cairan ketuban sebelumnya dianggap tidak berfungsi. Namun, sekarang diketahui bahwa cairan ketuban juga berkedudukan dalam pematangan paru-paru, perkembangan saluran pencernaan janin, dan perkembangan sel-sel saraf dan otot (neuromuskular) janin.
Sekitar 98% cairan ketuban terdiri dari air. Seiring usia kehamilan bertambah, volume cairan ketuban pun meningkat. Rata-rata volume air ketuban hanya sekitar 30 ml pada usia kehamilan 10 minggu dan bakal terus meningkat menjadi 800 ml pada pertengahan trimester ketiga .
Ada beberapa aspek nan memengaruhi volume cairan ketuban termasuk jumlah urine janin. Jadi ketika terjadi kelainan pada volume cairan ketuban, terlalu banyak alias terlalu sedikit, mungkin disebabkan oleh kelainan janin alias plasenta.
Kondisi Mums juga ikut memengaruhi volume air ketuban. Penelitian menunjukkan bahwa dehidrasi pada wanita mengandung menyebabkan oligohidramnion. Biasanya kondisi ini rentan terjadi di musim panas. Bagi ibu mengandung nan memasuki trimester ketiga, kondisi cuaca panas dan dehidrasi kudu menjadi perhatian khusus.
Karena menurut penelitian, di trimester ke-3, musim panas mempengaruhi peningkatan kejadian oligohidramnion dan nomor masuk NICU setelah janin dilahirkan.
Apa itu oligohidramnion?
Oligohidramnion terjadi selama kehamilan ketika volume cairan ketuban kurang dari nan diharapkan alias tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Cairan ketuban nan terlalu sedikit dapat menyebabkan masalah kesehatan pada bayi alias menjadi tanda dari suatu kondisi nan mendasarinya. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan bayi alias menyebabkan komplikasi selama proses persalinan.
Cairan ketuban terlalu sedikit dialami sekitar 4% ibu mengandung dan paling sering terjadi pada tiga bulan terakhir kehamilan. Pada ibu mengandung nan sudah melewati HPL, nomor kejadinnya meningkat menjadi sekitar 12% lantaran kadar cairan ketuban menurun setelah 40 minggu kehamilan.
Kondisi volume air ketuban kurang hanya bisa dideteksi dengan USG, namun ibu mengandung dapat merasakan gejalanya, misalnya ada rembesan cairan dari vagina, aktivitas janin berkurang, dan berat badan ibu mengandung tidak bertambah.
Risiko oligohidramnion bisa sangat serius jika terjadi di 6 bulan pertama kehamilan berupa kelainan corak janin nan disebabkan oleh kompresi di dalam rahim alias keguguran. Jika oligohidramnion terjadi pada pada trimester terakhir (minggu ke 28 hingga 40) kehamilan, komplikasinya dapat berupa gangguan pertumbuhan janin, masalah pernapasan alias paru-paru nan kurang berkembang, infeksi, hingga air ketuban pecah terlalu dini.
Penanganan oligohidramnion tergantung pada usia kehamilan dan apakah Mums pernah didiagnosis menderita komplikasi kehamilan lainnya. Jika terjadi di usia kehamilan di atas 37 minggu, maka biasanya janin bakal dilahirkan.
Terkait pencegahan, tidak ada perihal nan bisa dilakukan untuk mencegahnya. Namun, meningkatkan asupan air minum mungkin bisa meningkatkan cairan ketuban. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minum air putih dapat membantu meningkatkan kadar cairan ketuban pada ibu hamil.
Mengingat oligohidramnion ini adalah komplikasi cukup serius, Mums kudu rutin melakukan pemerikaan antenatal dan menyampaikan semua indikasi kehamilan untuk mendeteksi potensi masalah.
Referensi:
MDPI.com. Does the Summer Season Affect the Amniotic Fluid Volume during Pregnancy?
Clevelandclinic.org. Oligohydramnios